sTm 9 Djakarta

Senin, 03 Desember 2012

Rekonsiliasi Sepakbola Harus dari Pemerintah, Presiden Kalau Perlu Turun Tangan

Jakarta - Kisruh sepakbola nasional dinilai sebagai penyebab Indonesia tak kunjung berprestasi. Rekonsiliasi dipandang masih bisa dilakukan asalkan pemerintah juga mau turun tangan termasuk presiden. Seperti diketahui, sejak PSSI berganti era dari Nurdin Halid ke Djohar Arifin, polemik sepakbola ternyata tak berhenti. Alih-alih lebih baik, yang terjadi kemudian adalah kubu-kubuan. ISL dan IPL adu kuat, KPSI tandingi PSSI. Imbas besarnya adalah pada tim nasional. KPSI menolak melepas pemain-pemainnya, pemain klub-klub ISL merasa tak punya banyak pilihan, PSSI pun dinilai tak berhasil melakukan akomodasi. "Kegagalan ini semacam refleksi buat pengurus yang bertengkar terus, PSSI lawan KPSI. Ini adalah hasil dari yang kalian ributkan, sehingga pemain jadi sasaran, padahal mereka sama sekali tidak menyandang kesalahan," tutur pengamat sepakbola Budiarto Shambazy saat dihubungi detiksport Sabtu (1/12/2012) malam, setelah Indonesia tersingkir dan gagal lolos ke semifinal Piala AFF 2012. Ia mengkritik pemerintah yang abai dan terkesan mendiami konflik yang sudah berlangsung lama ini. Padahal, rekonsiliasi masih bisa dilakukan asalkan ada keinginan dan tindakan yang kuat dari pemerintah. "Pemerintah dalam hal ini Kementerian Pemuda dan Olahraga, dan juga KONI pusat masih pasif. Mereka tidak mau mendamaikan pihak-pihak yang bertikai di persepakbolaan kita," sambung pria yang biasa disapa Mas Baz itu. Bahkan, tambahnya, presiden bisa turun tangan untuk segera menengahi situasi. "Tentu saja bisa. Presiden perintahkan saja misalnya, untuk memberhentikan sementara kompetisi. Perintahkan Kapolri untuk tidak memberi izin pertandingan, sampai mereka yang bertikai mau berdamai dan mengurus sepakbola dengan baik. Simpel saja," cetusnya. Opsi itu diyakini takkan dianggap sebagai bentuk intervensi pemerintah terhadap federasi, karena FIFA telah mengambil putusan yang mengakui PSSI dan menolak tim bentukan KPSI. Tentang PSSI Mas Baz juga menolak isu akan adanya upaya pendongkelan terhadap Djohar Arifin dalam kongres bulan ini, walaupun yang bersangkutan dinilai memiliki banyak kelemahan selama memimpin organisasi. "Saya berharap (kegagalan timnas di Piala AFF) ini tidak sampai didramatisir, lalu menjadikannya pintu masuk untuk menjatuhkan Djohar melalui Kongres Luar Biasa. Nggak baik yang nama dongkel-dongkelan. Itu menjadi preseden buruk. Nanti akan terus begitu. Tak perlu didongkel, tapi perkuat saja. "Pak Djohar, akui saja leadership dia lemah. Saya mengusulkan dibentuk ketua harian yang kuat, yang mampu menjalani roda organisasi. Pak La Nyalla Mattalitti dan anggota EXCO lain yang statusnya sudah kembali ke PSSI, dirangkul lagi. Rekonsiliasi masih bisa kok," simpulnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar